Minggu, 04 Maret 2012

Tahdzib Al-Kamal Fii Asmaa’ Al-Rijal

I.                   PENDAHULUAN
Hadis merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat sepanjang sejarah perkembangan Islam. Jarak dan waktu dalam proses pentransmisian tergolong memakan waktu yang panjang sehingga hadis menjadi suatu kajian yang menarik untuk dibahas dan diteliti. Dalam penelitian hadis ada dua aspek yang harus dikaji. Aspek pertama ialah penelitian dari sanad, dan aspek kedua dari matan. Dalam hal ini, pemakalah akan lebih memfokuskan kajian sanad yang di dalamnya mencakup keadaan perawi yang menjadi perantara periwayatan hadis.
Untuk meneliti kajian sanad tersebut, tentunya kita membutuhkan referensi atau rujukan yang memuat keadaan dan sejarah perawi yang kita teliti. Dalam makalah ini, penulis mencoba menghadirkan dan membahas sedikit salah satu kitab rijal al-hadis yang berjudul Tahdzib Al-Kamal Fii Asmaa’ Al-Rijal karya Al-Mizzi .

II.                Setting Historis dan Riwayat Hidup Al-Mizzi
Nama lengkapnya adalah Al-Hafiz Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf bin Al-Zaky ‘abdul Rahman bin Yusuf bin ‘Ali bin Abdul Malik bin Ali bin Abi Al-Zahr al-Kulaby al-Qadha’i Al-Mizzi. Lahir pada 10 Rabiul Akhir 654 H di Halb (salah satu daerah di Syam) dari keturunan Arab asli lebih tepatnya kabilah Kalb al-Qudha’i. Beliau pindah ke Damaskus dan menetap di salah satu desa yang bernama Mizzah dan nama inilah yang menjadi nisbah di akhir namanya. Di daerah Mizzi ini kabilah Kalb merupakan kabilah terbesar.
Al-Mizzi membaca Alquran dan fiqih sedikit demi sedikit. Keluarga Al-Mizzi tidak memberikan dorongan untuk mempelajari hadis, mereka tidak masyhur dalam keilmuan dan orang tuanya pun bukan ulama yang masyhur. Al-Mizzi mulai mempelajari hadis ketika berusia 21 tahun yaitu pada tahun 675 H.
Ia pertama kali mendengar hadis dari gurunya Syeikh Al-Musnid Al-Mu’ammar Zainuddin Abi Al-‘Abbas Ahmad bin Abi Al-Khair Salamah bin Ibrahim Al-Dimasyqi Al-Haddad Al-Hanbali mengkaji kitab Al-Hilyah karya Abi Nu’aim. Dari syeikh Ahmad bin Abi al-Khair, al-Mizzi mendapatkan kedudukan ilmu yang tinggi sehingga ada riwayat sejumlah ulama yang tsiqah darinya, antara lain: Saraf al-Din al-Dimyathi, Ibn al-Hulwaniyah, Ibn al-Khabbaz, Ibn al-‘Aththar, Ibn Taymiyah, al-Birzaly dan banyak lagi selain dari mereka. Bahkan Ibn Hajib pernah belajar darinya di Arafah pada tahun 620 H.
Al-Mizzi juga banyak mengaji kitab-kitab pokok seperti al-kutub al-sittah, musnad al-Imam Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya Abi al-Qasim al-Thabrani, Tarikh Madinatu salam karya Al-Baghdadi, Al-Sirah Ibnu Hisyam, Muwaththa’ Imam Malik, dan lainnya.
Al-Mizzi mengembara di kota-kota yang ada di Syam. Ia juga belajar di al-Quds al-Syarif, Himsha, Himah, dan Ba’labak. Sesudah itu ia menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah dan Madinah. Setelah itu ia pergi ke negeri-negeri Mesir. Ia belajar di Kairo, Alexandria, dan Bilbis sampai pada tahun 683 H. Di Alexandria sampai tahun 684 H ia belajar kepada Shadr al-Din Sahnun (w.695 H).
Guru-guru al-Mizzi (sekaligus temannya) yang paling berpengaruh yaitu Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Abd, Al-Halim Al-Ma’ruf Ibnu Taimiyah Al-Harany (661-728), Al-Mu’arrikh al-Muhaddits ‘Ilmuddin Abu Muhammad Al-Qasim bin Muhammad Al-Birzali (665-739), Muarrikhul Islam Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi (673-748).
Ada dua kitab karangan Al-Mizzi yang paling terkenal, yaitu:
1. Tuhfatul Asyraf, adalah  kitab yang menghimpun hadits-hadits yang terdapat di kutub al-sittah dan beberapa hal yang berhubungan dengannya dengan jalur sanad yang memudahkan para pembaca untuk mengetahui sanad-sanadnya yang berbeda. Al-Mizzi menyusun sanad-sanadnya dengan tanpa matan sehingga menjadi sebuah kitab yang hanya memuat biografi para sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in.
2. Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ ar-Rijal.
 Al-Mizzi tertimpa penyakit pada awal Shafar 742 H. Awalnya, sakitnya ringan sehingga tidak menghalangi aktifitasnya dalam mengajarkan hadis yaitu juz ketiga dari kitab Tahdzib al-kamal hari kamis 10 Shafar. Pada hari sabtu tanggal 12 Shafar 742 H beliau wafat dan dimakamkan di samping makam istrinya ‘aisyah bint Ibrahim bin Shudaiq, sebelah barat makam Imam Taqiyuddin bin Taimiyyah.
Pendapat para ulama terhadap al-Mizzi
1.      Menurut Adz-Dzahabi : Beliau adalah seorang yang sangat perhatian terhadap kajian hadits, lughat, dan tashrif,  baik perangainya, sederhana, tawadhu’, sopan, akhir para huffadz, kritikus sanad dan matan, terpercaya, bagus niatnya, bagus mudzakarohnya, baik i’tiqodnya, pengagum metode ulama salaf. Adz-Dzahabi juga berkata bahwa dirinya tidak pernah melihat seseorang yang lebih hafal daripada Imam al-Mizzi.
2.      Menurut Syamsuddin al-Husaini : Beliau adalah orang yang wawasannya luas tentang ilmu hadits, bahasa Arab, tashrif,  Fiqh dan ilmu-ilmu lain. Beliau juga seorang yang zuhd, ‘afif, qana’ah.
3.      Menurut as-Sholah as-Shafdi : Beliau adalah seorang alim ulama, hafidz yang sendiri dalam rihlahnya, imam para ahli hadits, akhir para huffadz, dan seorang kritikus sanad dan matan.
4.      Menurut at-Taaj ‘Abd al-Wahab as-Subki : Beliau adalah syikh kami, ustadz kami dan imam kami. Beliau adalah seorang hafidz, orang yang membawa bendera ahlus sunnah wal jama’ah, yang menanggung beban pekerjaan ini, yang memakai pakaian ketaatan, imam para hafidz.

II.                Kitab Tahdzib Al-Kamal Fii Asmaa’ Al-Rijal
A.    Latar Belakang Penulisan Kitab
Kitab Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal adalah kitab yang menghimpun guru-guru ashaabi kutub al-sittah dan perawi-perawi kutub al-sittah. Akan tetapi kitab ini bukanlah kitab yang pertama. Sebelumnya,  Ibnu Asakir telah menyusun sebuah kitab yang beliau beri nama” al-Mu’jam al-Musytamil ‘ala Dzikri Asma’ Syuyukh al-Aimmah al-Nabil”. [1]Setelah itu al-Hafidz al-Kabir Abu Muhammad Abdul Ghaniy Ibn Abd al-Wahid al-Maqdisi al-Jamma’ili al-Hanbali (544-600 H) menyusun  Kitab al-Kamal Fii Asmaa’ ar-Rijal. Al-Hafidz Abd al-Ghoniy adalah orang  pertama yang menyusun kitab tentang para perawi yang terdapat di dalam kutub al-sittah. Akan tetapi, kitab ini juga membahas guru-guru mereka dan juga para perawi kutub al- sittah dari kalangan sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in sampai guru-guru penyusun kutub al-sittah.
Menurut Al-Mizzi setelah meneliti dan memahami kitab al-Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal kitab tersebut adalah kitab yang sangat berharga, tetapi di dalamnya masih terdapat banyak kekurangan. Banyak biografi para perawi kutub al-sittah yang tidak dicantumkan di dalamnya sehingga jumlahnya tidak sesuai dengan yang semestinya. Oleh karena itu, al-Mizzi menyusun kitab yang menyempurnakan kitab al-Kamal Fii Asmaa’Ar-Rijal dengan menggunakan dasar-dasar yang terdapat dalam kitab tersebut. Kitab baru ini dinamakan Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal. Al-Mizzi memulai penulisan kitabnya pada tanggal 9 Muharram 705 H dan selesai pada hari  id Adha 712 (selama tujuh tahun).
B.     Sistematika dan Metodologi Penulisan Kitab
Kitab Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal merupakan ringkasan dan penyempurnaan dari kita al-Kamal. Kitab ini memuat 8645 perawi disusun dalam 35 jilid.
Sistematika dan metode yang digunakan oleh al-Mizzi dalam kitab ini, yaitu:
a.       Memuat guru-guru ashaab kutub al-sittah, perawi- perawi kutub al-sittah baik dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in.
b.      Kisah Rasulullah saw. di awal pembahasan.
c.       Disusun secara alfabetis/mu’jam.
d.      Memberikan simbol-simbol berikut :
(ع) untuk kutub al-Sittah, (٤) untuk sunan al-Arba’ah, (خ) untuk kitab Shahih Bukhari, (م) untuk kitab Shahih Muslim, (د ) untuk kitab Sunan Abi Dawud, (ت) untuk kitab Sunan al-Tirmidzi, (س) untuk kitab Sunan al-Nasa’i, (ق) untuk kitab Sunan Ibnu Majah, (خت) untuk kitab Ta’liqat karya al-Bukhari, (بخ) untuk kitab al-Adab al-Mufrad karya al-Bukhari ,(ى) untuk kitab Raf’u al-Yadain karya al-Bukhari, (عخ) untuk kitab Kalq af’al al-’Ibad karya al-Bukhari,(ز) untuk kitab al-Qira’ah Khalfa al-Imam karya al-Bukhari, (مق) untuk Muqaddimah kitab Shahih Muslim, (مد) untuk kitab al-Marasil karya Abu Daud, (قد) untuk kitab al-Qadar karya Abu Daud, (خد) untuk Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh karya Abu Daud,(ف) untuk kitab al-Tafarrud karya Abu Daud, (صد) untuk kitab Fadhail al-Anshar karya Abu Daud, (ل) untuk kitab al-Masa’il karya Abu Daud, (كد) untuk kitab Musnad Malik karya Abu Daud, (ثم) untuk kitab al-Syama’il karya al-Turmudzi, (سى) untuk kitab al-Yaum wa al-Lailah karya al-Nasa’i, (كن) untuk kitab Musnad Malik karya al-Nasa’i, (ص) untuk kitab Khasa’is ’Ali karya al-Nasa’i, (عس) untuk kitab Musnad ’Ali karya al-Nasa’i, (فق) untuk kitab al-Tafsir karya Ibnu Majah.
e.       Nama-nama perawi yang diawali dengan kata ahmad lebih didahulukan.
f.        Pada bab Miim , nama-nama para perawi yang diawali dengan kata  Muhammad lebih didahulukan.
g.       Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan kunyah dan laqabnya.
h.      Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan nama ayahnya, kakeknya, ibunya, pamannya atau lainnya.
i.         Menyendirikan para perawi yang terkenal dengan nama kabilahnya, negerinya, pekerjaannya, atau sejenisnya.
Untuk lebih jelasnya, isi kitab dapat dilihat dalam uraian berikut:
Jilid pertama, tentang sejarah singkat Nabi Muhammad S.A.W., nama-nama beliau, putra-putri beliau, haji dan umrah Nabi, khadim Nabi, budak-budak Nabi, hewan peliharaan dan kendaraan Nabi, sifat-sifat dan akhlaq Nabi. Pada akhir jilid ini dimulai penulisan nama-nama rijal al-hadits yang diurutkan berdasarkan urutan mu’jam serta dimulai dengan nama Ahmad.
Jilid ke-dua dan ke-tiga, berisi nama-nama perawi yang diawali dengan huruf alif seperti: Aban, Asma’, Isma’il, Ayyub dan lain-lain.
Jilid ke-empat, nama-nama yang dimulai dengan huruf ba’, ta’, tsa’, jim seperti: Badzam, Bajalah, Bujair, Tuba’i, Tilb, Talid, Tsabit, Jaban, Jabir dan lain-lain.
Jilid ke-lima, nama-nama yang dimulai dengan huruf jim, dan ha’ seperti: Ja’far, Ju’ail, Habs, Hatim, Hajib dan lain-lain.
Jilid ke-enam dan ke-tujuh, nama-nama yang dimulai dengan huruf ha’, dimulai dengan nama Hussam, Hasan, Hafs, Hakam, Hammad dan lain-lain.
Jilid ke-delapan, nama-nama yang dimulai dengan huruf kha’, dal, dzal, seperti Kharijah, Khalid, Darim, Daud, Dzakwan, Dzuhail dan lain-lain.
Jilid ke-sembilan, nama-nama yang dimulai dengan huruf ra’, dan zai, seperti: Rasyid, Rafi’, Zubair, Zuhairi, Zakariya dan lain-lain.
Jilid ke-sepuluh, ke-sebelas dan ke-duabelas, nama-nama yang dimulai dengan huruf zai, sin, syin seperti: Zaid, Sahim, Sa’d, Sa’id, Sufyan, Sulaiman, Syuja’, Syu’aib, Syihab dan lain-lain.
Jilid ke-tiga belas, ke-empat belas, ke-lima belas, ke-enam belas, ke-tujuh belas, ke-delapan belas, ke-sembilan belas, ke-dua puluh, ke-dua puluh satu, ke-dua puluh dua, ke-dua puluh tiga, nama-nama yang dimulai dengan huruf shad, dladl, tha’, zha’, ‘ain, ghain, fa’, qaf, seperti: Shalih, Shafwan, al-Dlahhad, Dlamran, Toriq, Talhah, ‘Asim, ‘Amir, ‘Ubbad, ‘Abbas, ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Abdul Aziz, ‘Ubaidillah, ‘Usman, ‘Atha’, ‘Ali, ‘Umar, ‘Amr, ‘Imran, ‘Isa, Ghani, al-Fadl, Fudlail, al-Qasim, Qatadah, dan lain-lain.
Jilid ke-dua puluh empat, nama-nama yang dimulai dengan huruf qaf, kaf, lam, seperti: Qa’is, Kasir, Ka’b, Luqman, Laits, dan lain-lain.
Jilid ke-dua puluh lima, ke-dua puluh enam, ke-dua puluh tujuh, ke-dua puluh delapan, ke-dua puluh sembilan, dan ke-tiga puluh, nama-nama yang dimulai dengan huruf mim, dan nun seperti: Muhammad, Mus’ab, Musa, Maisah, Maimun, Nafi, Nashr, dannlain-lain.
Jilid ke-tiga puluh satu dan ke-tiga puluh dua, nama-nama yang di-mulai dengan huruf wawu, lam-alif, dan ya’, seperti: Washil, Waki’, al-Wahid, Wahb, Lahiq, Yasin, dan Yahya dan lain-lain.
Jilid ke-tiga puluh tiga, kitab Kuna (nama-nama yang dimulai dengan Abb, Umm dan sejenisnya).
Jilid ke-tiga puluh empat, nama-nama yang terkenal yang dinisbatkan pada nama qabilahnya.
Jilid ketigapuluh lima, menjelaskan orang-orang yang tekenal yang dinisbatkan kepada Suku, Negeri, pekerjaan, dan gelar (laqab). Para perawi yang masih samar, perawi dari kalangan wanita dan kunyah perawi wanita.
Kelebihan Kitab Tahdzibul Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal:
a.       Memuat para perawi yang terdapat di kitab al-Kamal Fii Asmaa’ Ar-Rijal dan menambah para perawi kutubus sittah yang belum terdaftar di dalam kitab tersebut.
b.      Disebutkan sejumlah biografi para perawi supaya dapat dibedakan dari yang lain
c.       Memuat sejarah dari para guru ashaab kutubus sittah, rawi-rawinya, jarh wa ta’dil, tahun lahirnya, tahun wafatnya, dan lain-lain.
d.      Al-Mizzi mengklasifikasikan para perawi sebagaimana yang terdapat dalam empat fashol terakhir, yaitu: Fashal pertama, para perawi yang terkenal dengan nama ayahnya, kakeknya atau keluarganya yang lain. Fashal kedua, para perawi yang terkenal dengan nama sukunya, negerinya, atau pekerjaannya. Fashal ketiga, para perawi yang terkenal dengan laqabnya. Fashal keempat, para perawi yang mubham.
e.       Seluruh biografi disusun secara alfabetis
f.        Terdapat simbol-simbol sebelum nama perawi yang menunjukkan bahwa nama perawi itu terdapat dalam kitab tertentu. Di antaranya adalah 6 tanda yang menunjukkan bahwa rawi itu terdapat dalam kutubus sittah, 1 tanda bagi perawi  yang disepakati oleh ashaabus sittah, 1 tanda bagi perawi yang disepakati oleh ashaabul arba’ah, da 19 tanda bagi pengarang ashaabus sittah lain.


Kekurangan:
Menurut  pemakalah kitab Tahdzibul Kamal adalah kitab yang sangat luas cakupannya yang terdiri dari 35 jilid dan jumlah rawi yang berbilang-bilang. Oleh karena itu, pemakalah tidak banyak menemui kekurangan dari kitab ini. Begitu juga dari para ulama, pemakalah tidak mendapati banyak dari mereka yang mengkritik kitab ini. Kelemahanya menurut Ibn Hajar al-Asqalani, kitab ini hanyalah sebuah kitab yang mencakup indentitas para perawi saja. Adapun tentang penilaian kualitas rawi tersebut terdapat banyak keluputan

Contoh perbandingan dengan kitab lain:
1.      Kitab Tadzhib Tahdzib

2.      Kitab Tahdzib al-kamal
3.      Tahdzib al-Tahdzib Ibn Hajar


4.      Ikmal Tahdzib al-Kamal.



[1] Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, hlm. 37

1 komentar: