Sabtu, 03 Maret 2012

taf, kealam

AYAT AYAT TENTANG KEALAMAN

Makalah ini ditujukan sebagai salah satu tugas

Mata Kuliah Tafsir Kealaman

Dosen Pengampu:

Dr. Mahfudz Masduki

logo

Disusun Oleh :

SAMSUL ARIFIN

10530078

JURUSAN TAFSIR DAN HADIST

FAKULTAS USHULUDDIN, STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2012

BAB I

PENDAHULUAN

Al-Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Al-Qur’an menyebutkan tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan manusia, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada disekitarnya seperti keingintahuan tentang rahasia alam semesta.

Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan, karena penciptaan alan semesta dari ketiadaan memerlukan adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya untuk manusia dan telah menyatakan tentang penciptaan alam semesta dalam ayat-ayat Nya. Meskipun demikian al-Qur’an bukan buku kosmlogi atau biologi, sebab ia hanya menyatakan bagian-bagian yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu yang dimaksud.

Keinginantahuan manusia tentang alam semesta tidak hanya membaca al-Qur’an saja, akan tetapi juga melakukan perintah Tuhan. Sehingga ia dapat menemukan kebenaran yang dapat dipergunakan dalam pemahaman serta penafsiran al-Qur’an, berdasarkan surat Yunus ayat101.

È@è% (#rãÝàR$# #sŒ$tB Îû ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 $tBur ÓÍ_øóè? àM»tƒFy$# âäY9$#ur `tã 7Qöqs% žw tbqãZÏB÷sムÇÊÉÊÈ

Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

Oleh karena itu tidak dapat diragukan lagi bahwa penciptaan alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia, akan tetapi hal tersebut merupakan titah dari Allah.

BAB II

PEMBAHASAN

QS. Fshilat Ayat: 53

óOÎgƒÎŽã\y $uZÏF»tƒ#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3 öNs9urr& É#õ3tƒ y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky­

Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

Asbabun Nuzul Ayat:

Sejauh pelacakan penulis, asbab al-nuzul ayat ini tidak ditemukan.

Tafsir Mufradat:

É-$sùFy$# : penjuru-penjuru berupa bumi sebelah timur, barat, utara maupun selatan, sebagai jama’ dari Ufuq (huruf hamzah dan Fa di dhammahkan) atau Ufq (huruf hamzah di dhammahkan sedang Fa disukun).

Íky­ : menyaksikan segala yang dilakukan oleh makhluk-Nya tanpa ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya, sekali pun seberat Zarrah dilangit maupun di bumi.[1]

Tasfsir Ayat:

Ibnu Zaid berkata, É-$sùFy$#Îû disegala wilayah bumi,” tanda tanda langit . “ dan pada diri mereka sendiri”. kejaliau serta para pedian dan perubahan bumi.” Sedangkan pendapat dari para mujahid fil afaqi, Penaklukan Negeri negeri. Allah SWT memudahkan urusan agama rasulullah dan para khalifahnya sewafatnya beliau serta penolong agamanya di segala bumi negeri-negeri timur dan barat secar umum. Dan secara khusu penaklukan negeri barat yang tidak bisa dilakukan sebelumnya. وافى انفسهم Dan pada diri mereka sendiri”. maksudnya penaklukan kota mekkah, pendapat inilah yang dipilih oleh Ath-Thabari dalam kitabnya Al Jami’ Al bayan.[2]

Ayat diatas menjajnjikan bantuan bagi yang hendak berfikir secra objektif. Allah berfirman: kami akan memperlihatkan kepada mereka dalam waktu yang tidak lama ayat-ayat tentang tanda tanda kekuasaan Allah serta kebenarannya. Sehingga ayat ayat yang lalu mengecam para pendurhaka yang mengingkari kebenaran Al quran, sambil mengajak mereka berfikir dan merenungkan tentang al quran. Tentu kita masih ingat sekali rumus yang sering kita dikemukakan bahwa penggunaan bentuk jama’ yang menunjuk kepada Allah/ Tuhan, mengisyaratkan keterlibatan selain Allah dalam hal yang dibicarakan. Dalam konteks ayat ini penggunaan kata Kami dalam firman-Nya: سنريهم Mengisyaratkan perlunya keterlibatan Manusia melalui para Ulama' dan cendikiawan guna menemukan dan menunjukkan tanda tanda kebesaran Allah dan kebenaran Al Quran.[3]

QS. Adz- Dzariyat : 20-21

Îûur ÇÚöF{$# ×M»tƒ#uä tûüÏZÏ%qçHø>Ïj9 ÇËÉÈ þÎûur ö/ä3Å¡àÿRr& 4 Ÿxsùr& tbrçŽÅÇö7è? ÇËÊÈ

20. dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.

21. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?

Asbabun Nuzul Ayat:

Sejauh pelacakan penulis, asbab al-nuzul ayat ini tidak ditemukan.

Tafsir Mufradat:

ûüÏZÏ%qçHø>Ïj9 : Bagi Orang-orang yang mengesakan Allah yang menempuh perjalanan yang dapat menyaksikan kepada Ma’rifat,(kenal) akan Allah. Mereka adalah orang-orang yang dapat memandang dengan mata secara waspada dan kepahaman yang tajam.

ايات : dalil yang menunjukkan kekusaan Allah seperti adannya barang-barang Tambang, tumbuh-tumbuhan dan binatang, juga dataran rendah yang terdapat diberbagai tempat maupun dataran tinggi yang berada di tempat lainnya yang lebih tinggi dipermukaan Air, serta perbedaan-perbedaan diantara bagian-bagian tanah mengenai mutu maupun khasiat-khasiatnya.[4]

Tafsir Ayat:

Firma Allah dalam ayat tersebut وافى الارض إيت للموقنين dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Maksudnya, didalam bumi itu terdapat berbagai tanda-tanda yang menunjukkan ke agungan penciptanya dan kekuasaa-Nya yang sangat jelas berupa berbagai macam tumbuhan, bintang, hamparan bumi, tanah kosong, sungai laut dan berbagai macam bahasa dan warna kulit umat manusia, serta sesuatau yang ditakdirkan bagi mereka berupa keinginan dan kekuata, dan apa ayang terjadi diantara mereka berupa perbedaan tingkah dalam berfikir, pemahaman dan dinamika kehidupan. Oleh karena itu Allah berfirman: وافى انفسكم افلا تبصرون dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?. Qatadah mengemukakan: Barang siapa bertafakkur(memikirkan) penciptaan dirinya sendiri, maka ia akan mengetahui bawa dirinya itu hanya diciptakan dan dilenturkan persendiannya semata mata untuk beribadah.”[5]

QS. Al Imran: 190

žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

Asbabun Nuzul Ayat:

Dalam suatu riwayat ditemukan bahwa orang Quraisy datang kepada orang yahudi untuk bertanya: Mu’jizat apa yang dibawa Musa kepada kalian?”. Mereka menjawab : “Tongkat dan tangannya terlihat putih dan bercahaya “. Kemudian mereka bertanya kepada kaum Nashara : “mu’jizat apa yang dibawa isa kepada kalian?”. Mereka menjawab ia bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak dan menghidupkan orang mati “. Kemudian mereka menghadap nabi dan berkata : “Hai Muhammad, cobalah engkau berdoa kepada tuhannmu agar gunung Shafa’ ini menjadi mas “. Lau rasululah beardoa, maka turunlah ayat diatas, sebagai petunuk untuk memperhatikan apa yang telah ada yang akan lebih besar manfa’atnya bagi orang yang menggunakan Akalnya[6].

Tafsir Ayat Al Imran: 190

Menurut Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi makna ayat.[7]

إن في خلق السموات والأرض

Yaitu yang ini dalam ketinggiannya dan keluasannya, dan yang ini dalam hamparannya, kepadatannya serta tata letaknya, dan semua yang ada pada keduanya berupa tanda-tanda yang dapat disaksikan lagi amat besar, seperti lautan gunung, pepohonan, hewan, tumbuhan, barang tambang serta berbagai macam manfaat yang beraneka warna, bermacam-macam rasa, bau dan kegunaannya.

· Makna ayat:

واختلاف الليل والنهار

Yaitu saling bergiliran dan mengurangi panjang dan pendeknya; ada kalanya yang ini panjang dan yang lain pendek, kemudian keduanya sama. Setelah itu yang ini mengambil sebagian waktu dari yang lain hingga ia menjadi panjang waktunya, yang sebelum itu pendek dan menjadi pendeklah yang tadinya panjang. Semuanya itu berjalan berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

· Karena itu dalam firman selanjutnya disebutkan:

لآيات لأولي الألباب

Maksudnya yaitu akal-akal yang sempurna lagi memiliki kecerdasan, karena hanya yang demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya masing-masing secara jelas dan gamblang. Lain halnya dengan orang tuli dan bisu serta orang-orang yang tak berakal seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 105-106, yang berbunyi:

ûÉiïr(Ÿ2ur ô`ÏiB 7ptƒ#uä Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur šcrßJtƒ $pköŽn=tæ öNèdur $pk÷]tã tbqàÊ̍÷èãB ÇÊÉÎÈ $tBur ß`ÏB÷sムNèdçŽsYò2r& «!$$Î/ žwÎ) Nèdur tbqä.ÎŽô³B ÇÊÉÏÈ

105. dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.

106. dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).

Menurut Sayyid Quthb terjemahan Aunur Rafiq Shaleh Thamhid dari Tafsir Fi Dzilalil Qur’an bahwa [8] makna:

Ulul albab yaitu orang-orang yang memiliki kesadaran yang benar, membuka mata hati mereka untuk menerima ayat-ayat kauniyah Allah tanpa memasang berbagi penghalang dan tidak menutup berbagai pintu yang menghubungkan antara diri mereka dan ayat-ayat tersebut.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa kontek al-Quran disini menggambarkan secara cermat tahap-tahap getaran jiwa yang ditumbuhkan oleh tatapan terhadap pemandangan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang didalam perasan ulul albab. Menjadikan kitab alam yang terbuka ini sebagai kitab penngetahuan bagi manusia dengan Tuhan dan ciptaannya. Kontek ini juga menggabungkan antara perenungan makhluk ciptaan tuhan dan ibadah kepadaNya, sehingga perenungan ini bernilai ibadah dan menjadikanya sebagai bagian dari manifestasi dzikir . Penggabungan tersebut mengisyaratkan dua hal penting yaitu:

  1. Perenungan tentang ciptaan Tuhan, pencermatan terhadap tangan Allah Yang Maha Pencipta, ketika menggerakkan alam ini dan lembarankitab ini merupakan ibadah yang sejati kepada Alah dan dzikir yang utama kepadanya.
  2. Bahwa ayat-ayat Allah di alam ini tidak akan terlihat jelas sesuai hakikatnya yang sarat inspirasi, kecuali oleh hati ynag senantiasa beribadah dan berdzikir

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala kebesarannya, yang menguasai alam ini, mengaturnya dengan perintah-Nya ,mengendalikannya dengan kekuasaan-Nya. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat dalam putaran yang abadi ini. Yaitu, putaran malam mengikuti siang dalam peredaran planet ini. Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang, yang semula tunduk kepada perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pencipta dan Tuhan sekalian alam.

Al-Qur’an telah menghubungkan semua pagelaran alam semesta dan seluruh getaran jiwa kepada akidah tauhid. Ia mengubah setiap kilatan sinar dalam lembaran alam semesta atau dalam batin manusia kepada sebuah dalil atau isyarat. Demikianlah alam semesta beserta segala isinya beralih rupa menjadi tempat pementasan ayat-ayat Allah yang dihiasi dengan keindahan oleh “tangan” kekuasaan dan bekas-bekasnya tampak nyata dalam setiap pagelaran dan pemandangan serta gambaran dan bayang-bayang didalamnya. Sehingga manusia diharuskan percaya dengan adanya alam semesta ini sebagai bukti dari kebesaran Tuhan.

Alam semesta bukanlah produk dari hasil pemikiran manusia melainkan produk dari hasil pemikiranTuhan. Berdasarkan bukti yang kongkrit dan valid yang berupa ayat-ayat al-Qur’an seperti surat yang saya cantumkan serta ayat-ayat yang lain dalam al-Qur’an. Perdebatan yang terjadi dikalangan Teolog Muslim menyangkut ungkapan-ungkapan al-Qur’an itu, tidak lain kecuali salah satu dampak buruk dari sekian dampak buruk filsafat Yahudi dan Nashrani yang bercampur dengan akal Islam yang murni. Tidaklah wajar bagi kita dewasa ini terjerumus dalam kesalahan tersebut sehingga memperburuk keindahan akidah Islam dan keindahan al-Qur’an. Allah menciptakan alam semsta ini dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, memerintahkan hamba-hambanya untuk memperbaikinya. Dalam ayat ini Tuhan menerangkan dalil-dalil yang terdapat dalam cakrawala yang menunjuk kepada kita agar mensyukuri Allah dan tetap mentaati-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail. Tafsir Ibnu Katsir Juz 4 ali Imron92-an-Nisa’23,(Bandung: Sinar baru Alggensindo, 2000),

Sayyid Quthb, Terjemahan Aunur Rafiq Shaleh Thamhid L.C. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an; Dilengkapi Dengan Tarikh Hadits dan Indeks Tematik Jilid 2 Juz 3 dan 4, (Jakarta: Robbani Press, 2001)

Al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi terj. Fathur Rohman Abdul Hamid (Jakarta: Pustaka Azam, 2009)

Ahmad Mustafa Al-Maghari, Tafsir al-Maghari, (Bairut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah, 2006)



[1] Ahmad Mustafa Al-Maghari, Tafsir al-Maghari, (Bairut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah, 2006), hal. 16

[2] Syaikh Imam al Qurtubi; penerjemah, Muhyiddin Mas Ridha. Tafsir Al qurtubi, jus 15 . jakarta : pustaka Azzam2009. Hal 916-918

[3] Muhammad Quroisyihab, Tafsir al-Mishbah, Volume 12 (Jakarta: Lentera Hati. 2007), hlm. 433

[4] Ahmad Mustafa Al-Maghari, Tafsir al-Maghari, (Bairut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah, 2006), hal. 307.

[5] Abdullah bin Muhammad bin aAbdurrahman Alu Syaik, Tafsir Ibnu Katsir, Vol, 9 terj. M. Abdul Ghafar (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i) hlm. 146

[6] Kh. Qamaruddin Shaleh, Ababun Nuzul, Bandung: Moh toha, 1995. Hal 119

[7] Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemahan Bahrun Abu bakar L.C. Tafsir Ibnu Kasir Juz 4 (ali-Imron-an-Nisa’ 23), (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), 357-359

[8] Sayyid Quthb, Terjemahan Aunur Rafiq Shaleh Thamhid L.C. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an; Dilengkapi Dengan Tarikh Hadits dan Indeks Tematik Jilid 2 Juz 3 dan 4, (Jakarta: Robbani Press, 2001), 575-576

Tidak ada komentar:

Posting Komentar