Minggu, 04 Maret 2012

Kitab al-Tarikh al-Kabir


Pendahuluan
            Hadits merupakan sumber kedua setelah al-Qur,an. Keshahihan al-qur’an tidak perlu diuji lagi,karena ia  bersifat munazzal dari sang khalik untuk hambanya lewat perantara Jibril. Sedangkan kesahihan Hadits masih perlu diteliti, mengingat hadits adalah kalam seorang rasul yang disampaikan kepada umatnya, dan penyampaian ini berpindah dari orang satu  ke orang lain dalam kurun waktu yang sangat lama.
            Ketisqahan dan kedlabitan seorang rawi menduduki posisi yang urgen dalam menentukan kesahiahn hadist. Posisi sanad pun demikian. Oleh karena itu salah satu cabang ilmu hadits yang sangat urgen dalam mempelajari hadits dari segi sanad dan rawinya adalah Tarikh ar-Ruwah dan Ilmu Rijal al-Hadits.
            Dr. Muhammad Ajaj al-Khatib mendefinisikan ilmu Tarikh al-Ruwah sebagai ilmu yang mengkaji perawi berkaitan dengan periwayatannya terhadap suatu hadits. Kajian ini meliputi kondisi periwayatan, tahum kelahiran dan wafatnya periwayat, para guru dan muridnya, waktu penerimaan hadits dari gurunya, asal Negara dan domisilinya, perpindahan tempat dan waktu kedatangannyake suatu negri, dan sebagainya. Kajian ini juga sangat bersinggungan dengan Ilmu Rijal Al-Hadis.
            Salah satu kitab yang membahas kajian ini adalah kitab “al-Tarikh al-Kabir” karya ulama hadits fonumental, Imam Bukhari. Kitab yang memiliki keunikanan dan keunggulan tersendiri bila dibandingkan dengan kitab tarikh yang lain. Keunukan dan keunggulan yang Insya Allah akan dibahas di dalam makalah ini.  
           





             
A.   Biografi
            Imam Bukhari, nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardzibah al-Ju’fiy al-Bukhariy. Dilahirkan pada hari jum’at 13 Syawal 194 H di Bukhara, dan meninggal pada tanggal 30 Ramadan tahun 256 h pada usia 62 tahun[1]. Dia adalah anak seorang ulama hadits yang pernah belajar dibawah bimbingan para tokoh hadits terkenal pada masa itu seperti Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid, dan Ibn Mubarak.  
            Sejak umur 10 tahun Bukhari sudah mulai belajar hadits. Diriwayatkan oleh Ahmad bin Siyar al-Marwazi bahwa dia (Imam Bukhari) merupakan orang yang rajin menuntut ilmu, bepergian untuk melakukan studi haidts, dan ia pun memiliki pamahaman yang komprehensif tentangnya (hadits), memiliki hafalan yang kuat dan mendalam. sehingga tidak mengherankan bial pada usia kurang lebih 16 tahun telah berhasil menghafal matan besrta sanadnya dari beberapa kitab karangan Ibn Mubarak dan Waaqi.[2]
Ketika berusia 16 tahun, tepatnya pada tahun  210 H, Imam Bukhari pergi haji ke makkah beserta ibu dan saudaranya, Ahmad. Namun usai melaksanakan ibadah haji, dia tidak ikut pulang bersama ibu dan saudaranya, akan tetapi Imam Bukhari memutuskan untuk belajar hadits di Hijaz. Study tour hadits telah ia jalankan ke berbagai tempat (perkampungan) kaum muslimin, dari Irak, Hijaz, Syam, Mesir bahkan hampir ke seluruh penjuru Asia, hanya untuk menulusuri hadits dari segi dirayah maupun riwayahnya. Ia juga menemui para muhaddits di berbagai tempat itu, diantara yang telah ia temui ‘Abdan ibn  Utsman al-Maruzi, Aba ‘Ashim al-Syaibani, Muhammad ibn Yusuf al-Farabi, Ahmad ibn Hanbal,  Aba Na’im al-Fadl ibn Dakin, dan lain sebagainya.
Tepatnya pada umur 18 tahun, ia mengarang kitab “al-Tarikh al-Kabir”.[3] Diriwayatkan oleh bukhari sendiri bahwa dia menyusunnya tiga kali, dan menulisnya didekat makam Rasul saw. Penulisan kitab yang dilakukan didekat makam Rasul, merupakan bentuk apresiasi Bukhari sebagai ahli hadits yang zuhud lagi ta’dzim pada Rasul, disamping itu dia juga mengakui adanya petunjuk (pencerahan) ide penulisan yang tidak dapat ia temukan selain di tempat itu. Sehinga ia memilih tempat itu untuk meulis kitab “al-Tarikh al-Kabir”.
Di akhir hayatnya, Imam Bukhari harus diasingkan dari Naysaburi ke Khartank. Hal ini dikarenakan dia menolak permintaan Gubernur Naysabur untuk memebawakan kitab-kitab karangannya kepadanya dengan mengatakan kepada utusan Gubernur “Pergilah, katakana pada tuanmu bahwa saya menempatkan ilmu pada posisi yang sangat mulia, dan saya menolak membawanya ke ruang penguasa”.[4]
Diantara sejumlah karya Imam Bukhari adalah: al-Jami’ al-Shahih, al-Tarikh al-Kabir, al-Tarikh al-Shaghir, al-Ausat, al-Kabir, al-Musnad al-Kabir, al-Tafsir al-Kabir, Kitab al-“ilal, dan lain-lain.
B.   Isi Muqaddimah
            kitab “al-Tarikh al-Kabir” diawali dengan Muqaddimah yang berisi pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi saw. Disamping itu, disebutkan juga betapa pentingnya cabang ilmu rijal al-hadits ini, karena dengan cabang ilmu ini, dapat dibuktuikan keorisinalitasan suatu hadits dengan melacak para perawinya. Karena kesahihan sanad memiliki syarat yang urgen untuk menyatakan kesahihan suatu hadits.
            Sebenarnya penjelasan nama para perawi hadits telah banyak dibahas di kitab-kitab Rijal al-Hadits, seperti al-Tsiqat miliki Ibn Hibban, al-Jarh wa al-Ta’dil milik Ibn Abi Hatim, Ta’jil al-Mafa’at, al-Lisan, dan Mizan. Namun kebanyakan dari kitab-kitab diatas “terkadang” hanya menjelaskan para perawinya berdasarkan umur, dan thabaqatnya saja. Di sisi inilah kitab “al-Tarikh al-Kabir” hadir dengan berbagai keistimewaan. Pasalnya, selain menjelaskan para perawi secara personal, dan memberikan keterangan yang terkait dengan kepribadian para perawi tersebut, kitab “al-Tarikh al-Kabir” juga hadir dalam susunan sistematika yang alfabetis (secara mu’jam), nama para perawi disusun berdasarkan tingkat alfabetnya. Nah, disisi kealfabetan inilah letak keistimewaan dan keunggulan kitab ini.
Selain itu, yang perlu diingat, Bukhari juga dapat membedakan nama-nama para perawi yang masih dianggap tasyabbuh dan nama-nama yang memiliki kemiripan antara nama anak, bapaknya, maupun kakeknya. Nama-nama yang sering mengecohkan para peneliti Rijal al-Hadits, namun dapat dikuasai dengan baik oleh Imam Bukhari. Salah satu wujud kecerdasan Bukhari dituangkan pada kitab “Mutun Ahadits” yang mana hampir tidak ditemukan keghariban hadits di dalamnya. Dari segi kesahihannya kitab-kitab hadits Imam Bukhari juga menempati urutan pertama bila dbandingkan kitab-kitab hadits yang lainnya. Oleh karena itu, Imam Bukhari mendapatkan gelar Imam Aimmat al-Ahadits wa Amir al-Mu’minin Fiihi.
            Maka jelas bila dikatakan: “ walaupun ada seseorang yang menulis tiga puluh ribu hadits,tulisannya itu tidak dapat menandingi kitab tarikh milik Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari”. Bukhari menulis kitabnya ini ditengah panasnya musim kemarau, meski begitu ia menulisnya dengan ulet dan penuh kehati-hatian serta mengiringi penulisannya itu dengan Ibadah yang banyak. Bahkan dia juga menulisnya di samping makam Rasul saw, tempat yang dapat memberikan inspirasi atau pencerahan ide yang ia tidak dapat ditemukan ditempat lain di dunia ini. Itu semualah yang menjadikan Imam Bukhari dianugerahi ilmu yang luas, hafalan yang kuat dan kecerdasan yang tajam.
            Di dalam muqaddimah kitab “al-Tarikh al-Kabir” juga tercantum beberapa manuskrip yang merupakan sumber penulisan kitab ini. Diantara manuskrip yang tertera adalah:
1.    Manuskrip kontantinopel. Di bagian akhirnya tertera bahwa kitab “al-Tarikh al-Kabir ini telah disempurnakan pada hari rabu tanggal 18 Muharram 702. Di sampulnya juga tertulis riwayat abu al-Hasan Muhammad ibn Sahal ibn ‘Abdillah al-Muqarri. Dan tanda penulisan yang nukilkan pada manuskrip ini adalah قط .
2.    Manuskrip Museum Mesir. Data yang diambil dari manuskrip ini hanya nomer rijal 1890 kebawah.
3.    Manuskrip Kubrayli. Ini merupakan manuskrip kuno yang tersimpan di museum Kubrayli, Istanbul. Data manuskrip ini dapat dijumpai dari bab awal sampai bab “Husein”, dan di akhir mauskrip ini juga terdapat komentar. Dan tanda manuskrip ini adalah كو.
4.    Sebuah manuskrip hasil penukilan yang dilakukan oleh Syaikh al-Bahjat al-Baithari al-damasyqi yang berupa satu juz dari awal jilid-jilid kitab “Tarikh Kabir” karya Imam Bukhari dari maktabah al-Dzahiriyah al-Damasyqi. Tanda manuskrip ini adalah ظ.
5.    Manuskripal-Ashifiyah, Haydarabad, yang berupa juz keempat dari “Tarikh al-Kabir”. Manuskrip ini ditandai dengan huruf صف.
6.    Manuskrip perpustakaan Kubrayli, di Astanah. Yaitu jilid ketiga dari kitab al-Tarikh, yang sekarang bagian itu telah hilang.
Sejatinya, khasanah keilmuan islamiyah sangat membutuhkan keberadaan kamus rijal seperti kitab “Tarikh Kabir” ini. Oleh karena itu, patut dibanggakan atas keberadaan kitab rijal ini yang mampu disusun secara alfabetis, yang telah dihimpun dari berberapa manuskrip dan dicetak ulang kemudian disempunakan oleh para pembahas (baca: ilmuwan) hadits yaitu dengan disertakan kitab-kitab ahli hadits lainnnya. Diantara yang menyertai kitab “al-Tarikh al-Kabir” adalah Awham al-Jam’i wa Tafriq karya al-Baghdadi, dan kitab Bayan Khoto’ al-Bukhari fi Trikhihi karya Imam al-Rozi.
C.   Sistematika Kitab dan Metode Pemaparan
Sebagai mana dijelaskan diatas, bahwa kitab al-Tarikh al-Kabir karya Imam Bukhari yang beredar dan dapat ditemukan sekarang ini merupakan himpunan dari berbagai manuskrip  yang tercecer di berbagai tempat. Disamping himpunan itu, kitab ini juga telah disempurnakan oleh para ulama hadits. Tiap penerbit meluncurkan karya ini dalam jumlah yang berbeda-bedadan terkadang disertakan pula beberapa jilid tambahan berisisi koreksi atau kritik bagi kitabnya.[5] Al-Khatib sendiri menginformasikan bahwa  kitab Tarikh Kabir ini pernah di dicetak dalam jumlah delapan jilid di Haydarabad, India.[6] Sementara itu, Dar al-Fikr, Lebanon, yang terbaru menerbitkan kitab ini dengan jumlah Sembilan  jilid, dan disertai karya Ibn Hatim al-Razi dan Karya al-Baghdadi.
Jumlah perawi dalam  kitab al-Tarikh al-Kabir tidak dapat dipastikan, atau dengan kata lain hanya dengan jumlah tentatifnya saja, karena bisa jadi ada beberapa kandungan kitab ini yang masih tercecer atau belum ditemukan manuskripnya.[7] Setiap penerbit juga menyatakan jumlah perawi yang berbeda tergantung pentahqiqnya. Menurut al-Khtib dan al-Shidiqi , kitab ini memuat 40.000-an perawi[8], sementara Mahmud al-Thahhan hanya mengestimasi 12.305 rijal[9]. Namun, kitab yang menjadi rujukan dalam pembahasan “al-Tarikh al-Kabir ” kali ini yaitu yang diterbitkan Dar al-Fikr, dan menurut Dar al-Fikr total rijalnya berjumlah 12. 989.
Pengkompilasian kitab ini berdasarkan urutan huruf abjad hija’iyah depan (alfabetis) nama diri rijal, contohnya,الباب الألف bagi rijal yang memiliki nama depan berawalan huruf alif. Kemudian masing-masing bab dibagi lagi dalam beberapa sub-bab secara alfabetis, seperti “باب عسى”, “باب عمر” dan seterusnya. Lebih lengkapnya dapat dilihat di table anatomi kitab Tarikh al-Kabir:[10]
Juz
Bagian
Jilid
Halaman
Bab
No. Rijal
Jumlah
Dari
Sampai
I
القسم الاول
1
Pengantar (7 Hal.) + 461 Hal
محمد- أزهر
1
1.476
2.894
القسم الثانى
2
402 h. +
8 h. daftar isi
أحمد- حسين
1477
2.894
II

القسم الاول
1
522 h. +
8 h. daftar isi
حصين سعيد-
1
1751
3.267

القسم الثانى
2
373 h. +
7 h. daftar isi
سليمان ظبيان-
1752
3176
III
القسم الاول
1
456 h. +
3 h. daftar isi
عبدالله -عبيد بن علي
1
1482
3.267

القسم الثانى
2
545 h. +
5 h. daftar isi
عبيد بن فيروز -عمير بن عبدالرحمن
1483
3267
IV
القسم الاول
1
444 h. +
12 h. daftar isi
عباس -مخلد
1
1916
3.652
القسم الثانى
2
455 h. +
6 h. daftar isi
ياسين -مدرك
1917
3652
Jilid Tambahan (Kiyab Indeks)
9
Nama Kitab : فهارس التاريخ الكبير

Jumlah Total Rijal
12. 898

Adapun contoh penulisan dalam kitab “al-Tarikh al-Kabir” sebagai berikut:
Ø  Contoh huruf alif dari bab umar

عمر بن اسحاق مولى زائدة قال يحي بن سليمان حدثني ابن وهب أخبرني ابو صخر حميد : أن عمر ابن إسحاق مولي زائدة حدثه عن أبيه عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم : الصلوة الخمس والجمعة إلى الجمعة ورمضان إلى رمضان كفارة ما اجتنب الكبائر
                                                               
Ø  Contoh huruf ‘Ain dari bab usman
عثمان بن عبد الله بن وهاب سمع أبا هريرة رضي الله عنه روى عنهالثورى وابنه عمرو يعد فى اهله المدينة  قال ابو اسامة هو الطلحة اليمى القرشى اصله مدني وكان بالعراق



Adapun con toh perbandingan penilaian rawi sahabat Usman ibn ‘Affan
a.       Di dalam kitab Tajrid Asma al-Shahabah karya al-Zahabi, juz 1 halaman 374, nomor 4004
b.      Di dalam kitaab “al-Ishabah fi tamyiz al-Shahaba”, karya ibn Hajar al-‘Asqalani

عثمان بن عفان بن أبي العاص بن أمية بن عبد شمس القرشي الأموي أمير المؤمنين أبو عبد الله وأبو عمر وأمه أروى بنت كريز بن ربيعة بن حبيب بن عبد شمس أسلمت وأمها البيضاء بنت عبد المطلب عمة رسول الله صلى الله عليه و سلم ولد بعد الفيل بست سنين على الصحيح وكان ربعة حسن الوجه رقيق البشرة عظيم اللحية بعيد ما بين المنكبين وقد وصف بأتم من هذا في ترجمة خالته سعدي وكذا صفة إسلام عثمان أسلم قديما قال بن إسحاق كان أبو بكر مؤلفا لقومه فجعل يدعو إلى الإسلام من يثق به فاسلم على يده فيما بلغني الزبير وطلحة وعثمان وزوج النبي صلى الله عليه و سلم ابنته رقية من عثمان وماتت عنده في أيام بدر فزوجه بعدها أختها أم كلثوم فلذلك كان يلقب ذا النورين قال الزبير بن بكار حدثني محمد بن سلام الجمحي قال حدثني أبو المقدام مولى عثمان قال بعث النبي صلى الله عليه و سلم مع رجل بلصف إلى عثمان فاحتبس الرجل له النبي صلى الله عليه و سلم ما حبسك ألا كنت تنظر إلى عثمان ورقية تعجب من حسنهما وجاء من أوجه متواترة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم بشره بالجنة وعده من أهل الجنة وشهد له بالشهادة
C . Di dalam kitab “al-Tarikh al-Kabir”, karya Imam Bukhari:
عثمان بن عفان بن ابى العاص بن امية القرشى أبو عمروويقال ايضا أبو عبد الله الاموى رضى الله عنه، قال ابن ابى اويس عن ابن وهب عن يونس عن ابن شهاب: ولى ثنتى عشرة سنة حجها كلها الاسنتين، مات سنة اربع وثلاثين، قال اسمعيل حدثنى عبد الرحمن بن ابى الزناد عن ابى الزناد ان عامر بن سعد بن ابى وقاص اخبره سمع عثمان ابن عفان رضى الله عنه يقول: ما يمنعني ان احدث عن النبي صلى الله عليه وسلم ان لا اكون من اوعى اصحابه عنه ولكني سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول: من قال على ما لم اقل فليتبوأ مقعده من النار، وهو ختن النبي صلى الله عليه وسلم على ابنتيه رقية وأم كلثوم رضى الله عنهما، وشهد له النبي صلى الله عليه وسلم بالجنة
            Bila kita analisi takhrij rijal diatas, keterangan al-Zahabi lebih ringkas bila dindingkan dengan ketrangan Imam bukhori da al-Asqalani. Al-Asqalani sendiri mampu menerangkan seluk beluk Usman  baik dari segi  nama silisilah keturunan, laqab,  tahun kelahiran,  ciri postur tubuh, periwayatannya dan seklumit tentang keislaman Usman. Sedangkan Bukhari menerangkan sejumlah silsilah Usman, tahun kelahiran diterangkan secara implisit, namun tahun wafatnya dijelaskan secara dlahir (yaitu pada tahun 34 H), dan diceritakan juga kisah tentang masuknya Usman yang dibarengi dengan Hadits Nabi.
            Keterangan Imam Bukhari lebih singkat bila dibandingkan dengan Keterangan Ibn Hajar. Hal ini sangat wajar, karena Ibn Hajar merupakan Ulama sesudah Imam Bukhari. Jadi bisa dikatakan sumber primer dan sekunder yang dipakai Imam Bukhari lebih terbatas ketimbang masa sesudahnya.
   
                





[1]Lihat Kumpulan Makalah Indal Abror, Kitab Shahih al-Bukhari,Studi Kitab Hadits,(Yogyakarta: Teras, 2009) h. 45, dapat dilihat juga di Muhammad “Ajaj al-Khatib,  Ushul al-Hadits UlumuhWa Musthalahuh (Damaskus: Dar alFikr, 1975), 309
[2][2]Kumpulan Makalah Indal Abror, Kitab Shahih…., 45. Dapat dilihat juga pada Muhammad Mustafa ‘Azami, Studi In Hadith Metodology and Literatur,. Terj. Oleh A. Yamin , Methodologi Kritis Hadits (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992), 139. 
[3] Abu ‘Abdillah Isma’il ibn Ibrahim al-Ju’fi al-Bukhari, Kitab al-Tarikh Kabir, (Damaskus: Dar alFikr, 1975), 6
[4] Kumpulan Makalah Indal Abror, Kitab Shahih….,56
[5] Kumpulan Makalah Indal Abror, Kitab Shahih…., 65
[6] Al-Khatib, Ushul al-hadits Ulumuhu awa Musthalahuhu, (Damaskus: Dar alFikr, 1975), 255
[7] Kumpulan Makalah Indal Abror, Kitab Shahih…., 166
[8] As-Shidiqi,Ulumul Hadits, 81
[9] Mahmud al-Thahhan, Metode Tkhrij dan Penulisan Sanad Hadist, terj. Ridlwan Natsir (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), 112
[10] Kumpulan Makalah Indal Abror, Kitab Shahih…., 167

Tidak ada komentar:

Posting Komentar